Selasa, 20 April 2010

Berita dan Event


Biopori Aksi Kecil Multi Manfaat

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Jakarta kerap dilanda banjir. Bencana yang tadinya menyerang di bulan-bulan tertentu yang angka curah hujannya tinggi itu lambat laun berubah menjadi hal yang biasa dan pasti terjadi tiap kali hujan turun dalam waktu sehari semalam.


Jika awalnya bencana banjir terjadi akibat pintu air di beberapa titik yang berrsinggungan dengan pintu air menuju dalam kota Jakarta sudah melebihi ambang batas normal, sekarang ini banjir bisa terjadi kapan saja. Saat hujan deras jatuh-meski hanya dalam waktu yang singkat-beberapa wilayah Jakarta dapat dipastikan terendam banjir.



Biasanya, banjir melanda pemukiman penduduk yang padat dan bersanitasi kurang baik. Mengerikan sekali, bukan?


Kalau mau dirunut-runut, ada banyak sekali kesalahan manusia yang menyebabkan banjir datang menyerang. Kondisi Jakarta yang tak lagi memiliki persentase yang seimbang antara ruang terbuka hijau dengan area pemukiman dan bangunan membuat daerah resapan air kian menghilang. Daerah resapan air menghilang, kemampuan tanah untuk dapat mengikat dan menyimpan air pun ikut hilang. Akibatnya, air yang datang dalam jumlah besar itu tak lagi bisa diserap tanah hingga akhirnya terjadilah banjir.


Dari Sumur Resapan hingga Lubang Biopori


Kita dapat membantu air agar dapat tertangkap dan tersimpan untuk kembali terserap ke dalam permukaan tanah dengan menghadirkan sumur resapan. Kebijakan pemerintah sebenarnya telah mengatur tentang persoalan macam itu. Pemda DKI sendiri, contohnya, sebenarnya sudah mengharuskan setiap bangunan yang akan mengajukan permohonan mendirikan bangunan untuk melengkapi lahan tersebut dengan sumur resapan, tanpa terkecuali.


Meskipun ada praktiknya masih ada pihak-pihak tertentu yang lalai dan menganggap kebijakan tersebut bukanlah hal yang penting, keberadaan sumur resapan tetap merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pemohon Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pengguna sumur dalam, bangunan berpondasi tiang pancang, industri yang memanfaatkan air permukaan dan pengembang yang berlahan cukup luas.


Lubang Biopori


ilustrasi biopori


Dalam lingkup lebih kecil dan lebih sederhana, keberadaan sumur resapan dapat dipenuhi dengan membuat lubang biopori. Biopori merupakan teknik pembuatan sumur resapan air hujan manual hasil temuan ilmuwan Indonesia asal Bogor. Sang ilmuwan terinspirasi untuk memberdayakan keberadaan mikro-organisme di dalam tanah seperti cacing, dan organisme kecil lainnya. Dari hasil riset sang ilmuwan, kita mendapat fakta bahwa siklus hidup mikro-organisme dalam tanah bisa dimanfaatkan sebagai media menciptakan jalur ikatan/ resapan air di dalam tanah yang dapat menjadi sebuah solusi untuk mencegah terjadinya penumpukan air dalam jumlah besar di atas tanah.


Seperti kita tahu, mikro-organisme hidup dengan mengolah unsur hara yang ada di dalam tanah. Mereka mengangkut sari pati tersebut ke dalam tanah dengan membentuk jalur terowongan-terowongan kecil yang kasat mata. Keberadaan jalur-jalur tersebut dapat kita manfaatkan sebagai jalur resapan air ke dalam tanah dan titik di mana air dapat diikat untuk kemudian dikembalikan lagi sebagai makanan bagi tumbuhan dan mikro-organisme yang hidup di atasnya.



Nah, berangkat dari pengetahuan tersebut, kita dapat memanfaatkan siklus hidup mikro-organisme bawah tanah dengan kebutuhannya akan unsur hara dengan cara memasukkan sisa-sisa sampah organik ke dalam lubang biopori.


Dengan begini, biopori malah jadi punya manfaat ganda-yang awalnya hanya sebagai sumur resapan pada tiap bangunan, ternyata juga dapat dimanfaatkan untuk tempah membuang sampah bahan-bahan organik.


Biopori sendiri pada dasarnya merupakan sebuah lubang layaknya sumur dengan diameter berkisar antara 10 hingga 30 cm dan kedalaman kurang lebih 1 meter. Kalau dulu cara membuat lubang biopori sulit dilakukan sendiri karena butuh alat berat dan tenaga yang besar, sekarang sudah ada alat khusus untuk membuat lubang tersebut. Jadi Anda tak perlu lagi repot menggali dan mengira-ngira ukuran kedalaman tanah yang sudah digali.


Lantas, sampah organik apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam lubang biopori? Sisa-sisa buah dan sayur-sayuran serta daun-daun kering di taman adalah jenis sampah yang masuk kategori organik. Kinerja pengolahan sampah organik dengan mikro-organisme dalam tanah pada dasarnya merupakan prinsip pembuatan kompos secara alami. Jadi, selain mendapat area resapan air tanah dari jalur hidup mikro-organisme dalam tanah, dengan lubang biopori Anda juga menjadi penghasil kompos yang produktif. Kompos yang sudah terbentuk dapat Anda ambil dari bagian dalam lubang biopori dan dimanfaatkan untuk memupuk tanaman yang ada dalam taman Anda. Cara ini efektif membuat perputaran kegiatan yang ada jadi terus berputar, dari tanah, oleh tanah dan untuk tanah.


Jika di daerah asal penemunya (Bogor), lubagn biopori sudah diterapkan di banyak rumah tinggal warga, giliran Jakarta yang mulai terkena demam biopori. Gedung-gedung perkantoran pemerintah dan swasta serta area ruang terbuka hijau milik publik sudah mengaplikasikan teknik ini. Dengan aksi kecil yang sederhana ini, kita dapat berbuat sesuatu untuk kota Jakarta dan menjadi sebuah kontribusi nyata sebagai bagian dari aksi menyelamatkan bumi dari kehancuran alam yang semakin parah.


Di mana saja bisa membuat biopori?



  • Di dasar saluran air yang dibuat sebagai tempat mengalirkan air hujan

  • Di areal sekeliling tanah tempat pohon tumbuh


  • Di tepian batas sebuah taman (di rumput bagian pinggirnya)


Mau ikut membuat lubang biopori di pekarangan rumah Anda?


Ayo, ikuti langkah-langkah ini demi mewujudkan daerah resapan air yang makin banyak di lingkungan tempat kita tinggal:



  1. Buat sebuah lubang bulat dengan diameter antara 10 hingga 30 sentimeter dengan kedalaman kurang lebih 1 meter (boleh kurang dari 1 meter, misalnya 80 sentimeter).

  2. Masukkan sampah tersebut ke dalam lubang biopori yang tadi sudah digali.

  3. Anda perlu mengisi dan menambah sampah organik ke dalam lubang tersebut secara berkala karena sampah yang sudah dimasukkan ke dalam lubang akan mengalami proses pembusukan dan menyusut dengan cepat.

  4. Pembusukan sampah yang terjadi di dalam lubang biopori merupakan proses pengomposan. Kompos yang tercipta dapat Anda ambil dan gunakan untuk memupuk tanaman dan area taman yang ada di sekitar hunian. Ambil kompos secara berkala pula agar lubang dapat kembali diisi dengan sampah organik yang baru.



TIPS:



  1. Jarak antarlubang biopori disarankan antara 50-100 cm.

  2. Jika sampah organic dalam lubang mulai berkurang akibat kinerja mikro-organisme, isi terus hingga ketinggiannya penuh mendekati mulut lubang.

  3. Kedalaman lubang biopori yang berkisar antara 80-100 cm itu merupakan angka tentatif yang dapat berkurang secara fleksibel jika permukaan air tanahnya dangkal.

  4. Ingin agar tampilan lubang biopori lebih cantik sekaligus aman? Perkuat bagian mulut lubangnya dengan perkerasan seperti semen atau tulangan besi yang membentuk pola jarring atau kotak-kotak.

  5. Ingin membuat lubang itu lebih aman? Sah-sah saja jika ingin menutupnya, asalkan penutup lubang yang dipilih masih bisa ditembus air.

  6. Selain lubang biopori, membuat pilihan perkerasan yang bahan dan desainnya memungkinkan penyerapan air, misalnya konblok yang berlubang dan diisi dengan rumput atau batuan.

  7. Pilih penutup tanah berupa tanaman. Alasannya karena akar tanaman dapat menjadi media mencegah erosi air limpahan serta dapat memperlambat aliran air limpahan jika terjadi penumpukan air dalam jumlah besar di atas permukaan tanah.


  8. Sebisa mungkin hindari atau sedikit demi sedikit mulai mengurangi pemakaian pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman karena keduanya dapat menurunkan kualias air tanah. Sebagai gantinya, pakai saja kompos alami yang terbentuk dari sampah organik yang ditimbun dalam lubang biopori sebagai pupuk yang lebih alami.


Bagaimana, mudah bukan membuat lubang biopori sendiri?


Yuk, buat paling sedikit satu lubang biopori di halaman rumah agar air hujan punya tempat resapan yang baik dan tidak menciptakan banjir lagi.